Senin, 18 Mei 2015

Pengertian Tanah



1. Definisi dari Tanah
Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara serta merupakan media untuk tumbuhnya tanaman.
Pedologi:                                                                                                                                          Ilmu yang mempelajari proses pembentukan tanah beserta faktor-faktor pembentuknya, klasifikasi tanah, survei tanah dan cara-cara pengamatan tanah di lapang serta pengelolaan tanah dan air, evaluasi kesesuaian lahan dan tata guna lahan, pengelolaan tanah rawa, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.
Edapologi:
Mempelajari sifat-sifat tanah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, serta usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah bagi pertumbuhan tanaman. Kajian edapologi meliputi kesuburan tanah, konservasi tanah dan air, agrohidrologi, pupuk dan pemupukan, ekologi tanah dan bioteknologi tanah.

2. Hukum Jenny, 1941 dalam pembentukan tanah
Lima faktor yang mengontrol pembentukan dan perkembangan tanah (Jenny,1941) ;
Bahan induk (parent material = p),Iklim (climate = cl), Organisme (organisms = o), Relief (relief = r) dan Waktu (time = t), sehingga Soil (s) = f(p,cl,o,r,t). 
Dalam kenyataannya ada interdependensi antar faktor, misalnya antara organisme dan iklim. Iklim dan organisme merupakan faktor pembentuk tanah yang aktif, sedangkan bahan induk adalah faktor pasif.

Dalam hal satu faktor yang berubah, sementara yang lain tetap disebut :
            lithosequence, jika yang berubah hanya bahan induk                                                 climosequence, jika yang berubah hanya  iklim                                                   biosequence, jika yang berubah hanya  organisme                                                      toposequence, jika yang berubah hanya  relief                                                chronosequence, jika yang berubah hanya waktu.
1. Iklim                                                                                                                                                            Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensita reaksi kimia dan fisika didalam tanah yang menentukan watak pelapukan yang terjadi, yang selanjutnya berpengaruh terhadap perkembangan profil tanah.                                                                                                          Menurut Isa Darmawijaya (1990), pengaruh suhu terhadap pembentukan tanah dapat terjadi dalam dua cara yaitu:
a. Memperbesar evapo-tranpirasi, sehingga mempengaruhi terhadap gerakan air dalam tanah.        
b. Mempercepat reaksi kimia dalam tanah.
2. Organisme
Semua mahkluk hidup, baik hidupnya maupun sudah mati mempunyai pengaruh terhadap pembentukan tanah. Di antara makhluk yang paling berpengaruh adalah vegetasi karena jumlahnya banyak dan berkedudukan tepat untuk waktu yang lama, sedangkan hewan dan manusia berpengaruh tidak langsung melalui vegetasi. Manusia dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan tanah baik melalui vegetasi penutupan dan penggunaan lahan. Pengaruh manusia dalam penggunaan vegetasi penutupan dapat mengurangi erosi yang dapat memperlambat hilangnya mineral tanah. Manusia dengan berbagai teknologinya akan mempengaruhi pembentukan tanah, misalnya dalam bercocok tanam (pengolahan tanah, pengairan, pemupukan), dan juga penggunaan untuk pemukiman. Akumulasi bahan organik, daur unsur hara dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme didalam tanah. Disampaing itu unsur N dapat diikat di dalam tanah maupun yang bersimbiosis dengan tamanam. Demikian pula vegetasi yang tumbuh di tanah tersebut dapat menjadi pencegah terjadinya erosi tanah sehingga dapat berfungsi membatasi jumlah kehilangan tanah.
3. Bahan Induk                                                                                                                       Menurut Jenny (1941) bahan induk adalah keadaan tanah dalam kondisi nol (time zero) dari proses pembentukan tanah.
Jenis-jenis bahan induk tanah:                                                                                                            a). Batuan beku terbentuk karena adanya pembekuan magma. Batuan beku atas terjadi karena magma membeku dipermukaan bumi(batuan volkanik). Batuan beku gang terjadi karena magma membeku diantara sarang magma dengan permukaan bumi.
b).Batuan sedimen tua terdiri dari bahan endapan (umumnya endapan laut)yang sudah diendapkan berjuta tahun yang lalu sehingga membentuk batuan yang keras.
c). Batuan metamorfose : Batuan beku atau batuan sedimen yang terkena pengaruh tekanan dan suhu yang tinggi akan menjadi batuan lain (batuan malihan). Batuan metamorfese umumnya bertekstur lembar(foliated texture) akibat rekristalisasi dari beberpa mineral dan orientasi mineral menjadi pararel sehingga terbentuk lembar-lembar.
d). Bahan induk organik : Pada daerah hutan yang berawa-rawa atau selalu tergenang air, proses penghancuran bahan organik berjalan lebih lambat dari pada proses penimbunan, sehingga terjadilah akumulasi bahan organik. Adanya akumulasi bahan-bahan organik akan membentuk tanah organik atau tanah gambut seperti banyak ditemukan dipantai timur sumatera,pantaibarat, selatan, dan timur kalimantan, dan pada pantai selatan irian jaya.
4. Topografi atau Relief                                                                                                                      Topografi suatu daerah dapat mempercepat atau memperlambat pengaruh iklim. Didaerah yang relatif datar atau cekung kecepatan aliran air lebih lambat dari daerah landai atau kering, sehinga pada daerah yang datar atau cekung dapat dijumpai adanya tanah yang terbentuk dicirikan oleh warna kelabu atau banyak adanya karatan sebagai akibat adanya pergenangan air.
5. waktu                                                                                                                                  Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah, memainkan peranan penting dalam menentukan jenis-jenis tanah terbentuk. Gunung berapi mengendapkan lava dan abu gunung disaat terjadi letusan gunung berapi tersebut, seringkali pengendapan lava ataupun terjadinya letusan gunung tidak terjadi pada waktu yang sama. Semua tinfgkatan perkembangan tanah dapat di temukan kembali pada endapan-endapan itu. Didaerah beriklim tropika, pembentukan tanah dari bahan induk berupa abu gunung berapi berlangsung cepat, sehingga dalam waktu empat belas tahun sudah dapat terbentuk tanah yang cukup subur.

3. Pengertian profil tanah                                                      
            Adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuan induk tanah. Tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut akan memiliki horisonisasi yang lengkap, yaitu terdiri dari: (1) horison O, (2) horison A, (3) horison Eluviasi, (4) horison B, (5) lapisan C, dan (6) bahan induk tanah (R).

gambar profil tanah



Pengertian dari beberapa istilah penamaan horison dalam profil tanah adalah sebagai berikut:
  1. Horison O adalah horison tanah yang tersusun dari serasah atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa),
  2. Horison A adalah horison yang tersusun dari bahan mineral berkandungan bahan organik tinggi sehingga berwarna agak gelap.
  3. Lapisan Eluviasi atau Horison Eluviasi adalah horison yang telah mengalami proses eluviasi (pencucian) sangat intensif sehingga kadar bahan organik tanah, liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi kadar pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) serta mineral resisten lainnya tinggi, sehingga berwarna agak terang.
  4. Horison B adalah horison illuvial atau horison pengendapan sehingga terjadi akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci dari horison diatasnya.
  5. Horison C adalah lapisan tanah yang bahan penyusunnya masih serupa dengan batuan induk (R) atau belum terjadi perubahan.
  6. Batuan induk tanah (R) merupakan bagian terdalam dari tanah dan masih berupa batuan.
Lapisan tanah atas (top soil) terdiri dari: (1) horison O, dan (2) horison A. Lapisan tanah bawah (sub soil) terdiri dari: (1) horison E, dan (2) horison B. Solum tanah meliputi: (1) lapisan tanah atas, dan (2) lapisan tanah bawah. 

4. Pengaruh iklim dalam pembentukan tanah
Iklim merupakan yang paling berpengaruh terhadap proses dan kecepatan pembentukan tanah. Terdapat dua unsur iklim terpenting yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu CH dan suhu yang berpengaruh besar pada kecepatan proses kimia dan fisik yang merupakan proses yang berpengaruh pada perkembangan profil. Iklim mempunyai peranan yang besar terhadap pembentukan tanah, terutama sekali variasi antara suhu tanah dan suhu atmosfir. Atmosfer memancarkan cahaya panas melalui udara kering yang bersih tetapi menyerap sebagian besar radiasi gelombang pendek. Sebagian radiasi yang mencapai permukaan bumi kemudian diubah menjadi panas, sedangkan sebagian yang lainnya dipantulkan kembali. Energy panas inilah yang menyebabkan suhu memainkan peranan penting terhadap kecepatan reaksi dalam tanah meningkat 2-3 kali lipat. Iklim juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kedalaman tanah dan tekstur tanah. Pengaruh bersama dari curah hujan besar dan suhu tinggi, seperti yang terjadi didaerah tropis menghasilkan suatu keadaan optimum bagi pembentukan tanah.

Menurut Hardjowigeno (2003) hanya ada lima factor utama yang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Salah satu dari kelima factor itu adalah iklim. Iklim merupakan factor yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah. Komponen iklim yang paling berpengaruh terhadap pembentukan tanah adalah suhu dan presipitasi (curah hujan).
Tanah berasal dari bahan-bahan induk , baik yang organic maupun mineral, yang terbentuk melalui berbagai macam proses. Bahan-bahan induk yang membentuk tanah adalah batuan-batuan yang ada di muka bumi yang mengalami pelapukan. Terkait dengan suhu dan pelapukan, suhu udaralah yang menyebabkan terjadinya pelapukan pada batuan sehingga terbentuk tanah. Proses pelapukan batuan oleh suhu ini dinamakan pelapukan mekanis atau fisik. Batu akan memuai jika terkena suhu tinggi dan menyusut ketika suhu rendah. Pemuaian batuan tersebut sebenarnya tidak begitu berarti, tetapi akan memberikan dampak nyata jika terjadi secara konstan dan berkali-kali (Sutedjo, 2005).
Setelah mengalami pelapukan secara fisik, batuan yang telah hancur akan mengalami pelapukan secara kimiawi. Pelapukan kimia menyebabkan mineral terlarut dan mengubah sturkturnya sehingga mudah terfragmentasi. Di sinilah presipitasi memainkan perannya. Dengan adanya air hujan, maka proses pencucian tanah berlangsung cepat sehingga pH tanah tidak terlalu basa. Karena tanah yang bersifat masam pada umumnya adalah tanah yang banyak mengandung humus (Sutedjo, 2005).
Reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada tanah meliputi:
1. Solution yaitu terlarutnya bahan padat menjadi ion yang dikellilingi oleh molekul cairan.
Contoh :
NaCl + H2O  Na+, Cl-, H2O®
(Garam mudah larut) air (ion terlarut dikelilingi air)

2. Hidrolisis ; reaksi suatu substansi dengan air yang membentuk hidroksida dan substansi baru lain yang lebih mudah larut daripada substansi asalnya. Hidrolisis merupakan salah satu reaksi pelapukan yang terpenting yang menyebabkan perubahan profil tanah.
Contoh :
KAlSi3O8 + HOH ® HAlSi3O8 + KOH
(ortoclase, sangat (clay silikat) (sangat mudah terlarut)
lambat keterlarutannya)

3. Karbonasi : reaksi suatu senyawa dengan asam karbonat di mana asam karbonat merupakan asam lemah yang diproduksi dari gas CO2 yang terlarut dalam air.
Contoh :
CO2 + H2O ® H2CO3  H+® + HCO3-
CaCO3 + H+ + HCO3- ® Ca (HCO3)2
(kalsit,sedikit larut) mudah larut

Hidrolisis dan karbonasi merupakan proses pelapukan kimia yang paling efektif dalam proses pembentukan tanah.

4. Reduksi : proses kimia dimana muatan negatif naik, sedangkan muatan positif menurun. Misalnya CaSO4 (keras) yang dilarutkan dalam air hingga membentuk CaSO4.2H2O (lebih lunak).

5. Oksidasi : kehilangan elektron atau penggabungan suatu senyawa dengan oksigen. Mineral yang teroksidasi meningkat volumenya karena penambahan oksigen dan umumnya lebih lunak.

6. Hidrasi : kombinasi kemikalia padat, seperti mineral atau garam, dengan air. Hidrasi menyebabkan perubahan struktur mineral dengan cara meningkatkan volumenya sehingga mineral menjadi lebih lunak dan mudah terdekomposisi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar