TROPISME
(Geotropisme)
A. Pendahuluan
Tropisme
dapat diartikan sebagai tumbuhnya tanaman menuju arah datangnya rangsangan
fisik dan kimiawi. Bergeraknya tanaman menuju rangsangan yang ditimbulkan oleh
daya tarik bumi (gravitasi) disebut geotropi.
Mengarahnya daun ke
arah datangnya sinar merupakan contoh peristiwa fototropi, sedangkan
pertumbuhan ke atas dari batang dan ke bawah merupakan peristiwa geotropi.
Pembengkokan dari bagian tanaman ke arah datangnya cahaya dinamakan
fototropisme positif sedangkan peristiwa sebaliknya disebut dengan fototropisme
negatif. Akar menujukan fototropisme negatif.
Dalam percobaan yang
akan di lakukan berikut ini akan diamati pengaruh rangsangan fisik dalam
percobaan ini akan mempengaruhi pertumbuhan sel-sel. Gerak geotropisme adalah gerak yang
dipengaruhi oleh gravitasi bumi terhadap pertumbuhan organ tanaman. Akar selalu
tumbuh ke arah bawah akibat rangsangan gaya tarik bumi (gaya gravitasi). Gerak
tumbuhan akar ini merupakan contoh lain dari gerak tropisme. Gerak yang
disebabkan rangsangan gaya gravitasi disebut geotropisme. Karena gerak akar
diakibatkan oleh rangsangan gaya tarik bumi (gravitasi) dan arah gerak menuju
arah datangnya ranngsangan, maka gerak tumbuh akar disebut geotropisme positif.
Sebaliknya gerak organ tumbuhan lain yang menjauhi pusat bumi disebut
geotropisme negatif.
Sebelum pembuahan adalah geotropism negatif dan setelah
terjadi pembuahan adalah geotropisme positif. Tidak seperti pada hewan, gerak
pada tumbuhan sangat lambat dan sukar diamati secara langsung. Pada tumbuhan
tinggi gerak terutama terjadi dalam bentuk membengkok, membelit dan memanjang
dari sebagian atau organ tumbuhan.pada tumbuhan rendah dapat diamati gerakan
seluruh tubuh.
Gerakan tumbuhan terjadi sebagai respons terhadap rangsang
tertentu. Satu rangsang mungkin tidak tentu arahnya atau dari arah tertentu.
Respons terhadap rangsang dapat berupa perubahan metabolisme, perubahan
struktur dan bentuk pada tumbuhan atau organ atau bagian dari tumbuhan. Gerakan
ada yang disebabkan faktor dari dalam (gerakan otonom) dan faktor dari luar
(gerakan paratonik).
Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini
adalah untuk melihat pengaruh rangsangan gravitasi terhadap pertumbuhan.
Waktu
dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :
Hari
/ tanggal : Kamis, Desember 2014
Pukul
: 10.00 Wib - selesai
Tempat
:
Bahan dan alat
Bahan
: kecambah jagung
Alat
: 1. Cawan petri sebanyak 6 buah,
2. Kertas buram
3. Kapas
4. Air
Cara kerja
1. Siapkan
cawan petri dan lapisan dengan kertas buram yang lebih besar dari cawan
tersebut sebanyak dua lapis.
2. Lalu
pilihlah 24 kecambah jagung dengan ujung menghadap ke bawah.
3. Cawan
tersebut kita tutup kembali dengan kertas buram basah tekan agar biji tidak
berubah atau bergeser.
4. Lakukan
pula pada setiap cawan dengan cara yang sama seperti di atas.
5. Setelah
itu simpan cawan dalam kamar gelap selama 48 jam dengan akar menunjuk kearah
vertical.
6. Setelah
48 jam potong akar pada cawan petri sepanjang kurang lebih 3 mm dan susun
kembali sehingga sejajar ke satu arah dan tiga cawan petri yang lain tidak di
potong.
Putar
cawan hingga 9 sehingga kedudukan kecambah horizontal dan
simpan kembali di dalam kamar gelap. Catat hasil-hasilnya berupa sudut yang
terbentuk.
Hasil
dan Pembahasan
Dari hasil praktikum yang kita
lakukan terlihat hasilnya dari hari ke hari berbeda pada hari pertama
perkecambahan tidak mempunyai akar, cuman kulit kacang sudah mulai retak. Dan
pada hari ke dua akar mulai tumbuh dan bergerak ke bawah. Selanjutnya pada hari
ke tiga akar mulai bertambah panjang. Pada hari ke 4 dan ke 5 akar mulai tumbuh
memanjang ke arah gravitasi bumi dan hari ke 6 akarnya terus berkembang dan
panjangnya mencapai 5 cm dan akar tumbuh ke arah grafitasi bumi, sehingga gerak
tumbuh pada akar tanaman ini di sebut dengan gerak geotropisme positif, karena
arah akar tumbuh mengikuti grvitasi bumi. Sel-sel tanaman terdiri dari berbagai
komponen bahan cair dan bahan padat. Dengan adanya gravitasi maka letak bahan yang
bersifat cair akan berada di atas. Sedangkan bahan yang bersifat padat berada
di bagian bawah. Bahan-bahan yang dipengaruhi gravitasi dinamakan statolith
(misalnya pati) dan sel yang terpengaruh oleh gravitasi dinamakan statocyste
(termasuk statolith). Pada gerak tropisme pergerakan yang terjadi adalah karena
pengaruh hormon pertumbuhan dalam tubuh tumbuhan yang terpengaruhi oleh
rangsang, sedangkan pada gerak taksis pergerakan yang terjadi tidak dipengaruhi
oleh suatu hormon pertumbuhan.
Kesimpulan
dan Saran
Kesimpiulan
Jadi, kita dapat mengambil kesimpulan dari praktikum
tersebut. Gerak goetropisme adalah gerakan bagian tumbuhan yang dipengaruhi
oleh gravitasi (gaya tarik) bumi. Apabila arah pertumbuhan menuju ke bawah
berarti termasuk gerak geotropisme positif. Contoh geotropisme positif adalah
pertumbuhan akar yang selalu menuju ke bawah atau ke dalam tanah.
Saran
Saran Sebaiknya dalam pelakasanaan praktikum ini lebih
teliti dalam memilih tanaman dan juga waktu dari praktikum tersebut.
PENGARUH
KADAR GARAM TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
A. Pendahuluan
Unsur-unsur hara di dalam tanah merupakan nutrisi bagi
tanaman dan penting untuk mempertahankan organisasi fisik dan aktivitas sel-sel
hidup, untuk selanjutnya mempertahankan generasi. Tidak semua unsur hara
didalam tanah di ambil oleh tanaman, sejumlah diantaranya dibutuhkan dalam
jumlah yang kecil sekali.
Beberapa
tanaman pertanian mempunyai toleransi yang sangat besar variasinya terhadap berbagai
tingkat kadungan garam yang tinggi. Tanaman seperti buah persik, apel, oat dan
tembakau sangat peka akan kandungan garam yang tinggi. Tanaman dan organ yang
mampu mengambil ion Na secara bebas merupakan unsur utama didalam tanah yang
berkadar garam tinggi dinamakan hallopyta. Bagaimana pengaruh konsentrasi garam
tinggi terhadap penyerapan air dan pertumbuhan tanaman akan di jawab pada
percobaan ini.
Tinjauan Pustaka
Didalam tubuh
tanaman, lebih dari 90% air yang diserap oleh akar dikeluarkan lagi ke udara
sebagai uap air. Penyerapan air oleh tanaman sebagian besar melalui
rambut-rambut akar, yang menyediakan permukaan untuk penyerapan yang amat luas.
Pada beberapa tanaman, ketika akar menyerap air dari tanah dan mengangkutnya ke
dalam xylem akar, air dalam xylem akan membentuk tekanan positif atau tekanan
akar. Intensitas transpirasi sangat dipengaruhi oleh kadar karbondioksida di
dalam ruangan interseluler, cahaya, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin,
dan keadaan air dalam tanah (Harso, 2010).
Sekitar 99
persen, yang masuk kedalam tumbuhan meninggalkan daun dan batang sebagai uap
air. Proses tersebut dinamakan transpirasi. Kemungkinan kehilangan air dari
jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi
porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui
stomata. Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara
langsung terlibat dalam transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap dari
permukaan sel palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari
ruang tersebut uap air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang dari
dinding sel basah ini diisi air dan protoplas. Persediaan air dari protoplas,
pada gilirannya, biasanya diperoleh dari gerakan air dari sel-sel sekitarnya,
dan akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari sistem pembuluh yang
meluas ke tempat persediaan air dalam tanah. Sebatang tumbuhan yang tumbuh di
tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem percabangan, satu di bawah dan
satu lagi di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan oleh sebuah
sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang ada dalam
tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang
besar. Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer
tersebut. Karena sumbu yang menghubungkan akar dan daun memungkinkan air mengalir dengan tahanan wajar, maka tidak dapat
dielakkan lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang
membentang dari tanah ke udara dalam tubuh tumbuhan. Oleh karena itu
seluruh tumbuhan dapat dibandingkan dengan sumbu lampu, yang menyerap air dari
tanah melalui akar, mengalirkannya melalui batang dan kemudian menguapkannya ke
udara dari daun-daun. Aliran air ini dikenal dengan istilah alur transpirasi,
merupakan konsekuensi struktur tumbuhan dalam hubungannya dengan lingkungan
(Loveless, 1991).
Air
diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar,
sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam
pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam
kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian
besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian
ke atas melalui arus transportasi (Harso, 2010).
Laju
transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya,
suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini
mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh
perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium
(K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun
dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju
transpirasi tersebut dapat digunakan potometer (Loveless, 1991).
Transpirasi
pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan
akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati. Sebagian
besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun
dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka
stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis
(Loveless, 1991).
Potensial
air suatu sistem menunjukkan kemampuannya untuk melakukan kerja dibandingkan
dengan kemampuan sejumlah murni yang setara, pada tekanan atmosfer dan pada
suhu yang sama. Potensial osmotik larutan bernilai negatif, karena air pelarut
dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni. Kalau tekanan pada
larutan meningkat, kemampuan larutan untuk melakukan kerja (jadi, potensial-air
larutan) juga meningkat (Salisbury dan Ross, 1995).
Pemasukan
air dari dalam tanah ke dalam jaringan tanaman melalui sel-sel akar secara
difusi dan osmosis. Pertumbuhan juga bergantung pada pengambilan air dan banyak
hal dalam hubungan air tumbuhan bergantung pada interaksi antara sel dengan
lingkungan. Tumbuhan memang merupakan sistem yang dinamis dan sangat rumit,
fungsi yang satu berinteraksi dengan fungsi yang lain. Dengan kata lain,
tumbuhan adalah sistem multidimensi (Dwijoseputro, 1985).
Air
diperlukan oleh tanaman untuk mengangkut unsur-unsur hara dan zat-zat terlarut
lain di dalam tanaman dan untuk produksi gula pada proses fotosintesis,
darimana tanaman memperoleh energi untuk pertumbuhan dan menjadi dewasa.
Sebagian besar air digunakan dalam proses transpirasi. Apabila air hilang ke
dalam atmosfer melalui transpirasi melebihi dari air yang diserap tanaman dari
tanah, maka air akan hilang dari sel-sel tanaman sehingga sel tanaman
kehilangan tegangan turgor dan akhirnya tanaman menjadi layu. Setiap gejala
kelayuan pada tanaman dapat dijadikan petunjuk bahwa pertumbuhan tanaman akan
terhenti. Pertumbuhan akan tergantung pada tegangan turgor yang memungkinkan
sel-sel baru terbentuk (Asdak, 2005).
Waktu
dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :
Hari
/ tanggal : Kamis, Desember 2014
Pukul
: 10.00 Wib - selesai
Tempat
:
Bahan dan Alat
Bahan : 1. Larutan
garam NaCl dengan konsentrasi 0,0 M, 0,01 M, 0,03 M, 0,05 M, 0,1 M, dan 0,2 M masing-masing
sebanyak 200 ml.
2. Bibit kacang hijau.
Alat:
1. 6 botol selai dengan tutup gabus.
2. Kertas mm.
3. Vaselin.
Cara
kerja :
1. Dari
bibit yang telah disediakan ukuran panjang batang diatas kotiledone.
2. Tanam
masin-masing bibit pada larutan garam dalam botol.
3. Berikan
tanda pada permukaan teratas dari larutan pengamatan 2 dan 7 hari setelah tanam
terhadap perpanjangan batang dan pengurangan air.
4. Bila
larutan volumenya berkurang, tambahkan sehingga tetap pada batas tanda,
catatlah banyaknya air suling yang ditambahkan.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan Banyaknya Larutan CaCl Yang
Berkurang
No.
|
Waktu Pengamatan
|
Volume larutan yang berkurang (cm)
|
||||
CaCl 0,01 M
|
NaCl 0,03 M
|
NaCl
0,05 M
|
NaCl 0,1 M
|
CaCl 0,2 M
|
||
1.
|
Hari
ke-2
|
0,5
|
0,3
|
0,3
|
0,5
|
0,1
|
2.
|
Hari
ke-4
|
0,5
|
0,2
|
0,2
|
0
|
0
|
3.
|
Hari
ke-6
|
1,2
|
0,4
|
0,1
|
0,5
|
0
|
4.
|
Hari
ke-8
|
0
|
0,1
|
0
|
0
|
0
|
5.
|
Hari
ke-10
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2. Pengamatan Morfologi Phaseolus
Radiatus
No.
|
Waktu Pengamatan
|
Perubahan Morfologi Phaseolus Radiatus
|
||||
CaCl 0,01 M
|
NaCl 0,03 M
|
NaCl 0,05 M
|
NaCl 0,1 M
|
CaCl 0,2 M
|
||
1.
|
Hari
ke-2
|
Segar
|
Segar
|
Segar
|
Segar
|
Layu
|
2.
|
Hari
ke-4
|
Segar
|
Segar
|
Segar
|
Layu
|
Mati
|
3.
|
Hari
ke-6
|
Segar
|
1
layu
|
Layu
|
Layu
|
Mati
|
4.
|
Hari
ke-8
|
Layu
|
2
layu 3 mati
|
Kering
|
Mati
|
Mati
|
5.
|
Hari
ke-10
|
Mati
|
Mati
|
Mati
|
Kering
|
Mati
|
B. Pembahasan
Kebutuhan tanaman terhadap
penyerapan air untuk melangsungkan kehidupannya sangat besar. Tumbuhan dapat mengabsorbsi
air karena adanya perbedaan potensial air di akar dan diluar akar. Besarnya
potensial air ini dipengaruhi oleh potensial osmotik. Potensial osmotik
disebabkan adanya bahan terlarut seperti garam didalam air sehingga dapat
menurunkan energi bebas air karena molekul bahan terlarut seperti garam menarik
dan mengikat molekul air.
Berdasarkan hasil praktikum dapat
dilihat pengaruh konsentrasi garam (osmotik) terhadap kemampuan tanaman untuk
mengabsorbsi air yang merupakan pelarut dari garam tersebut. Keberadaan
garam-garam terlarut dengan konsentrasi yang berbeda-beda pada botol percobaan
dapat mempengaruhi pertumbuhan kecambah. Lima batang kecambah Phaseolus
radiatus yang diletakkan di dalam botol pada NaCl dengan kadar 0,03 M; 0,05
M; 0,1 M; dan larutan CaCl dengan kadar 0,01 M; dan 0,2 M. Pada hari ke-2
kecambah Phaseolus radiatus yang berumur 2 minggu masih terlihar segar,
akan tetapi pada hari ke-4 kecambah yang diletakkan pada konsentrasi NaCl 0,1 M
dan CaCl 0,2 M terlihat layu dan mengalami kematian. Selanjutnya pada hari ke-6
kecambah yang direndam dalam larutan NaCl pada konsentrasi 0,03 M dan 0,05 M
mengalami kelayuan. Sampai pada hari terakhir yaitu hari ke-10 semua kecambah Phaseolus
radiatus mengalami kematian. Kematian pada Kecambah terjadi karena
garam-garam yang terlarut di dalam air dapat menekan potensial air atau dengan
kata lain konsentrasi garam terlarut dapat menurunkan konsentrasi air didalam
toples sehingga potensial atau konsentrasi air di botol menjadi lebih rendah
daripada potensial atau konsentrasi air didalam tubuh tumbuhan. Sehingga
meskipun kecambah diletakkan pada botol yang berisi larutan, kecambah tersebut
tidak dapat menyerap air. Mekanisme yang terjadi justru sebaliknya, potensial
osmotik menyebabkan air didalam tubuh tumbuhan cenderung untuk keluar karena
air bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Hal ini menyebabkan
kecambah mengalami kekeringan fisiologis yang diawali dengan layunya tanaman
dan diakhiri dengan kematian.
Garam memiliki sifat higroskopik
atau memiliki kemampuan menyerap air disekelilingnya. Semakin tinggi
konsentrasi garam yang dilarutkan dalam air maka semakin rendah konsentrasi air
sehingga semakin cepat memicu terjadinya stres garam hingga kekeringan
fisiologis pada kecambah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh
dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan
konsentrasi garam mempengaruhi kemampuan tanaman dalam mengasorbsi air karena
garam menarik dan mengikat molekul air.
2. Semakin tinggi konsentrasi
garam menyebabkan terjadinya potensial osmotik semakin tinggi sehingga memicu
pada kekeringan fisiologis.
B. Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk
praktikum selanjutnya harus lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan agar
hasil yang diperoleh lebih akurat lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar